Beijing (ANTARA News) - Media pemerintah China mengecam Malaysia dalam penanganan hilangnya pesawat penumpang dan mengharapkan tindakan yang lebih cepat serta memperketat keamanan di bandar udara.

Hampir dua per tiga dari 239 orang penumpang pesawat MH370 itu berasal dari China dan bila kehilangan pesawat itu sudah dikonfirmasi, maka kecelakan ini merupakan bencana udara terburuk ke dua dalam sejarah China.

Penyelidikan dilakukan setelah dari daftar penumpang petugas mendapati ada dua nama orang Eropa yang paspornya dicuri di Thailand dan mereka tidak naik pesawat tersebut.

"Pihak Malaysia tidak bisa melalaikan tanggungjawab ini," harian Global Times yang dekat dengan Partai Komunis China menulis dalam tajuk rencana yang pedas.

"Usaha dari Malaysia kurang cepat. Ada kekurangan di perusahaan penerbangan Malaysia Airlines dan otoritas keamanan," demikian terbitan Senin.

"Jika ini merupakan kerusakan mesin yang mematikan atau kesalahan pilot, maka pihak penerbangan harus bertanggungjawab. Namun jika ini merupakan serangan teroris maka pemeriksaan keamanan di Bandara Kuala Lumpur dan penerbangan patut dipertanyakan."

Harian China Daily menulis tajuk "Terorisme tidak bisa dikesampingkan" dan Malaysia serta masyarakat internasional perlu menjelaskan bagaimana dua penumpang bisa naik pesawat dengan memakai paspor curian milik warga Italia dan Austria.

"Siapa mereka dan mengapa mereka memakai paspor palsu?" surat kabar itu mempertanyakan.

"Kenyataan bahwa ada beberapa orang penumpang yang melakukan perjalanan dengan paspor palsu harus menjadi peringatan ke seluruh dunia bahwa keamanan belum terlalu ketat, khususnya di bandara, karena terorisme --setan dunia -- terus mencoba menodai peradaban manusia dengan menggunakan darah orang-orang tak bersalah," tambahnya seperti dikutip AFP.

Sementara itu Menteri Dalam Negeri Malaysia, Zahid Hamidi, pada Senin menjelaskan bahwa dua penumpang yang memakai paspor curian diduga dari etnis Asia.

"Saya masih bingung, bagaimana (petugas imigrasi) tidak bisa berpikir: orang Italia dan Austria tetapi dengan wajah Asia," kata menteri seperti dikutip oleh kantor berita nasional Malaysia, Bernama.

Beijing memberangkatkan satu kelompok tugas ke Malaysia pada Senin, lapor kantor berita Xinhua. Mereka meliputi petugas dari Kementerian Luar Negeri, Keamanan Masyarakat dan Perhubungan untuk membantu penyelidikan dan keluarga korban di Malaysia.

Raibnya pesawat itu terjadi seminggu setelah serangan mematikan di stasiun kota Kunming di China barat daya, ketika sekelompok penyerang melakukan penikaman secara acak dan menyebabkan 29 orang meninggal serta 143 orang lainnya terluka.

(M007)

Editor: Ella Syafputri
COPYRIGHT © ANTARA 2014