DKI Jakarta bahkan langsung menggondol dua emas lewat Slamet Junaidi di kelas 60 kg dan Sahri pada kelas 70 kg. Slamet berhasil mengungguli Syamsul Bahri dari Banten dan Agung Wibowo dari Sumatera Utara.
Sementara Sahri unggul atas Panca Tri Anggono dari Jawa Timur dan Dody Armanda Putra dari Sumatera Utara.
"Bisa dapat dua emas syukur lah. Sudah 20 tahun apa 24 tahun tidak mendapat medali emas. Tapi sekarang langsung dapat dua," ujar Ketua Umum PBFI Jakarta Estepanus Tengko di Medan, Rabu.
Jika merujuk pada daftar tuan rumah penyelenggaraan PON dari masa ke masa, DKI Jakarta harus puasa medali emas dari cabang binaraga sejak PON 2004 Palembang, Sumatera Selatan.
Sejarah yang tertulis itu disyukuri oleh para atlet, staf pelatih, dan ofisial. Bahkan Slamet dan Sahri langsung sujud syukur atas torehan yang mereka raih.
Baca juga: Binaraga - Kaltim juara umum
Asisten pelatih Yefta Leonidas juga langsung menitikkan air mata. Bahkan saat Upacara Penghormatan Pemenang (UPP) ia tak henti-hentinya menyeka air mata. Ketua Dewan KONI Jakarta Prasetyo Edi pun langsung memberikan bonus Rp15 juta untuk masing-masing juara.
Menurut Estepanus, keberhasilan DKI Jakarta menggondol dua emas adalah berkat hasil kerja keras atlet serta dukungan penuh dari KONI DKI Jakarta. Bahkan, sebelum dimulai perlombaan DKI Jakarta hanya menargetkan satu emas saja.
"Memang niat kita membantu mereka (atlet DKI Jakarta) harus betul-betul berkorban untuk mereka. Nah akhirnya berhasil. KONI juga membantu uang sakunya, suplemennya, termasuk latihannya," kata dia.
Pada penyenggaraan PON kali ini, DKI Jakarta menurunkan empat atlet. Selain Slamet dan Sahri, DKI Jakarta menerjunkan Rudi Rahmat Romadan di kelas 75 kg dan Didie Hermawan di kelas 80 kg, namun keduanya gagal menyumbang medali.
Baca juga: Binaraga - Dua atlet DKI Jakarta langsung diberi bonus usai sabet emas
Baca juga: Binaraga - Mulyadi sumbang emas bagi Kaltim di Nomor 55 Kg
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Eka Arifa Rusqiyati
Copyright © ANTARA 2024