Washington (ANTARA News) - Para ilmuwan akhirnya berhasil mengungkap rahasia genetik nanas, buah tropis yang dinikmati beragam orang di dunia dalam irisan, potongan, jus, kue, selai, es krim, yogurt, pina colada, ham mengkilap sampai pizza hawai.

Mereka pada Senin (2/11) mengatakan telah merunut genom nanas, mempelajari susunan genetik yang mendasari toleransi tumbuhan itu pada kekeringan dan bentuk khusus fotosintesis, proses tumbuhan mengubah cahaya menjadi energi kimia.

Genom itu menjadi dasar pengembangan beragam varietas budidaya dengan tingkat ketahanan terhadap penyakit dan serangga, kualitas, dan produktivitas yang lebih baik serta jangka hidup lebih lama, kata ahli biologi tumbuhan University of Illinois, Ray Ming.

Nanas yang dibudiyakan sekitar 6.000 tahun lalu di daerah yang sekarang bagian barat daya Brasil dan timur Paraguay dan baru-baru ini dikembangkan di kawasan tropis dan subtropis adalah bisnis besar.

Buah itu merupakan buah tropis terpenting setelah pisang, dan tumbuh di 80 lebih negara dengan nilai bisnis tahunan lebih dari delapan miliar dolar AS.

"Produksi industri nanas di Hawaii seabad lalu menjadikan nanas buah populer di dunia karena aroma dan rasanya yang luar biasa," kata Ming seperti dilansir kantor berita Reuters.

Nanas adalah tanaman yang menggunakan jenis fotosintesis yang disebut CAM, atau Crassulacean Acid Metabolism, yang berevolusi di daerah kering untuk efisiensi tinggi penggunaan air.

Itu adalah satu dari tiga tipe fotosintesis dan berbeda dari bentuk fotositesis sebagian besar tumbuhan. Kebanyakan tanaman menggunakan jenis fotosintesis yang disebut C3.

Tumbuhan dengan fotosintesis CAM menggunakan air 20 sampai 80 persen lebih sedikit ketimbang kebanyakan tanaman dan bisa tumbuh di lahan kering dan marjinal yang tidak cocok untuk sebagian besar tanaman.

Beberapa gen fotosintesis nanas diatur oleh jam sirkadian gen-gennya, yang memungkinkan tumbuhan itu membedakan siang dan malam dan menyesuaikan metabolisme mereka.

Ming mengatakan ini masuk akal karena fotosintesis CAM membuat tumbuhan menutup pori-pori daun mereka pada siang hari dan membukanya pada malam hari untuk membantu mempertahankan kelembaban.

Di tengah perkiraan perubahan iklim global, para peneliti mengatakan pemahaman genom nanas bisa membantu merekayasa toleransi terhadap kekeringan pada tanaman lain dan bahkan merekayasa tanaman dengan fotosintesis C3 seperti padi dan gandum untuk menggunakan fotosintesis CAM.

"Penggunaan fotosinteis CAM bisa membawa dampak besar ke keseluruhan industri makanan," kata ahli biologi molekuler tumbuhan Qingyi Yu dari Texas A&M AgriLife Research Center di Dallas tentang hasil penelitian yang dimuat di jurnal Nature Genetics.

Penerjemah:
Editor: Fitri Supratiwi
COPYRIGHT © ANTARA 2015