Jakarta (ANTARA News) - Direktur Eksekutif lembaga kajian Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya mengimbau Golkar segera mengajukan calon Wakil Presiden untuk mendongkrak elektabilitas partai.

"Saya tidak tahu ini bagian dari strategi atau tidak, tapi ketika Golkar tidak menempatkan posisinya secara kuat di Pilpres itu akan menjadi faktor penghambat untuk melaju kencang," kata Yunarto seusai memaparkan hasil survei elektabilitas Golkar pada Rakernas Golkar di Jakarta, Jumat.

Yunarto melihat Golkar menganut prinsip pelan tapi pasti, padahal dua partai pendukung pemerintah lainnya --PKB dan PPP-- lebih gencar mengajukan ketua umumnya sebagai cawapres.

"Tidak segesit atau sekencang lari dari misalnya PKB yang sudah mengajukan ketum sebagai cawapres, billboard dari Mas Romahurmuziy Ketum PPP juga sudah mulai banyak," kata Yunarto.

Dia menilai Golkar adalah partai kedua terbesar dalam partai pendukung Jokowi yang secara logika pantas dan berhak merebutkan posisi cawapres yang sekaligus akan mendapat dorongan elektoral yang besar.

Baca juga: Golkar bahas calon wakil presiden setelah Pilkada

Mengenai Airlangga Hartarto untuk cawapres Jokowi, Yunarto menganggap Airlangga teknokrat yang patut diperhitungkan.

"Harus diakui Pak Airlangga bukan sosok yang kuat secara elektoral, tapi memiliki kemampuan teknokrat. Dia bukan sosok seperti Gatot, bukan Anies yang memiliki modal elektoral, tapi dia sosok setengah teknokrat dan politisi yang patut diperhitungkan," kata dia.

Menurut dia, Jokowi tidak membutuhkan pendamping yang dapat menggenjot elektoralnya karena tidak ada tokoh yang betul-betul bisa mengangkat nama Jokowi dengan sangat tinggi. Oleh karena itu,  elektabilitas pendamping Jokowi bukan hal yang sangat penting.

"Artinya sebenarnya Jokowi bukan membutuhkan sosok yang bisa mendongkrak elektabilitas karena faktor kinerja jauh lebih penting. Yang penting bagaimana chemistry dan loyalitas lima tahun ke depan. Oleh karenanya nama Pak Airlangga yang setengah teknokrat dan politisi patut diperhitungkan," ujar dia.

Baca juga: Mengapa ada dua lembaga survei pada Rakernas Golkar
 

Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2018