Jika pemerintah pusat dan daerah mampu mengubah citra Papua sebagai pusat kebangkitan olahraga nasional, separatisme dapat dihilangkan.Jakarta (ANTARA) - Pemandangan hijau nan memesona seketika menguasai mata ketika kita memijakkan kaki di provinsi yang dikenal Surga Kecil yang jatuh ke Bumi.
Pesona Raja Ampat di kepulauan Weigo, Misool, Salawati, dan Batanta seperti menguasai imajinasi kita ketika memasuki Bumi Cenderawasih yang menjadi tempat perhelatan PON XX pada 2-25 Oktober 2021.
Tentu saja, bukan semata-mata masyarakat Papua yang merasa PON XX Papua akan berjalan sukses, lancar, dan aman. Semua masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke memiliki keyakinan dan perasaan yang sama dengan masyarakat Papua.
Pelaksanaan PON di Papua memiliki arti penting dan strategis, terlebih karena berlangsung di tengah-tengah berbagai aksi terorisme oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB). Sebagian pihak berpikir kebinekaan hanyalah cita-cita utopis yang tidak berbuah nyata karena melihat pembangunan di Papua dinilai tertinggal. Melalui PON XX ini, pesimisme semacam itu terbantahkan.
Secara fisik, misalnya, rakyat Indonesia patut berbangga karena Stadion Lukas Enembe di Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Papua mampu mencetak tiga rekor Muri sekaligus. Pertama, kategori struktur atap baja lengkung bentang terpanjang dengan dimensi 90 meter.
Kedua, kategori atap tanpa sambungan dan baut mengerucut terluas berbentuk dome seluas 7.300 meter persegi. Ketiga, kategori instalasi terpanjang dan diameter terbesar textile duct dengan dimensi ring internal 477 meter, diameter cincin luar 70 meter, serta diameter cincin dalam sepanjang 56 meter. (Kompas, 17/Agustus/2020).
Secara simbolik, ketika para atlet dari semua cabang berdatangan ke Papua, provinsi paling timur Indonesia itu sudah mampu menjadi lokus pemersatu bangsa. Beragam suku yang diwakili oleh masing-masing atlet menginjakkan kaki di bumi Papua. Sehingga di masa-masa mendatang, masyarakat Papua tinggal menunggu follow-up berupa kebijakan pemerintah pusat/daerah, semisal membangun pusat-pusat gedung olahraga dan pendidikan di bumi Cendrawasih ini.
Pada masa-masa yang akan datang, putra/putri terbaik Papua harus dilahirkan, khususnya di bidang olahraga. Gubernur Papua Lukas Enembe, S.I.P., M.H. pernah mengatakan bahwa dirinya mengapresiasi Presiden Jokowi atas konsistensinya mengenai pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional XX di Papua. Keintiman pemerintah daerah Papua, khususnya Gubernur, dengan pemerintah Pusat dapat ditindaklanjuti pada pelaksanaan PON XX ini, menjadi gerak yang lebih progresif lagi.
Bekal awal bagi Lukas Enembe sudah ada. Semua pihak telah membangun sinergitas dan kolaborasi dalam mengupayakan sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan PON XX. Hubungan antara pemerintah Papua dan banyak pihak selama detik-detik menjelang PON, dapat ditindaklanjuti setelah PON XX. Pasalnya, kemauan politik (political-will) pemerintah daerah adalah modal paling fundamental dalam upaya pembangunan Papua.
Pemerintah daerah Papua sangat beruntung dan tidak berjalan sendirian. Sebagaimana yang dikatakan oleh Prof. Dr. Mohammad Mahfud Mahmodin, Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan, bahwa dukungan terhadap kesuksesan PON XX Papua mencerminkan adanya komitmen pemerintah untuk meningkatkan citra Papua sebagai tuan rumah agenda berskala nasional. Artinya, Papua adalah salah satu pilar utama bagi agenda politik nasional.
Salah satu agenda politik nasional adalah menjadikan PON XX Papua sebagai momentum kebangkitan olahraga nasional. Momentum ini perlu dirawat bersama-sama, dikawal dengan serius, bukan semata-mata sampai pelaksanaan PON berakhir, melainkan setelah pelaksanaan PON juga harus ditindaklanjuti. Salah satunya untuk menangkal upaya-upaya separatisme yang tumbuh secara tidak organik. Jika pemerintah pusat dan daerah mampu mengubah citra Papua sebagai pusat kebangkitan olahraga nasional, separatisme dapat dihilangkan.
Nilai strategis pelaksanaan PON XX di Papua ini tidak saja bagi masyarakat Papua, tetapi bagi bangsa Indonesia. Dengan catatan, selama seluruh elemen bangsa tidak berpikiran pragmatis, seperti sebatas mengejar suksesnya pelaksanaan PON. Lebih dari itu, seluruh pihak dan elemen bangsa harus berpikir lebih jauh ke masa depan. Papua harus menjadi andalan olahraga nasional di level internasional. Dari bumi Papua, atlet-atlet masa depan harus dicetak dan dilahirkan.
Pelaksanaan PON akan menjadi sebatas simbolik, tidak substansial, apabila berhenti hanya mengejar suksesnya pelaksanaan kegiatan tersebut. Pelaksanaan PON akan menjadi sia-sia jika pada masa mendatang tidak ada komitmen politik dari pemerintah pusat maupun daerah untuk menelurkan kebijakan-kebijakan pengembangan. Sebaliknya, pelaksanaan PON XX di Papua akan sangat substansial jika di kemudian hari Papua menjadi ujung tombak citra olahraga nasional di mata dunia.
Tidak hanya itu, geostrategis Papua juga harus dibaca, terutama sebagai wilayah perbatasan dengan negara tetangga, seperti Papua Nugini dan Australia. Menyukseskan pembangunan Papua pada umumnya dan dunia olahgara khususnya, akan menjadi modal utama bagi diplomasi kebudayaan dengan negara-negara tetangga. Indonesia bisa bekerja sama dengan pemerintah Papua Nugini untuk pembangunan jangka panjang, khususnya di bidang olahraga. Masalahnya, nyaris ruang publik kita sepi dari wacana hubungan bilateral Indonesia dan Papua Nugini.
Oleh karena itu, pembangunan dunia olahraga di Papua setelah pelaksanaan PON ini akan sangat strategis secara geopolitik. Pemerintah pusat maupun daerah harus berpikir dan bekerja ekstra keras tentang apa yang harus dilakukan setelah pelaksanaan PON XX. Setidaknya ada dua tujuan yang bisa dilakukan: tujuan jangka pendek dan jangka panjang.
Tujuan jangka pendeknya adalah membangun Papua sebagai simbol kebangkitan olahraga nasional di tingkat domestik. Tujuan jangka panjangnya adalah menjadikan Papua sebagai corong utama diplomasi politik berbasis olahraga dengan negara tetangga.
Terakhir, penulis ucapkan selamat kepada pemerintah, baik pusat maupun daerah, serta kepada masyarakat Papua khususnya, atas terselenggaranya PON XX pada tanggal 2—15 Oktober. Pelaksanaan PON ini bukan hanya akan jadi simbol kebangkitan olahraga nasional, melainkan akan menjadikan Papua sebagai pemberi pesan perdamaian dari Papua ke kancah internasional. Selamat dan sukses.
*) Mujahidin Nur, Direktur The Islah Centre, Jakarta.
Baca juga: UMKM lokal "Olethea" sebut PON Papua bantu lebarkan peluang usaha
Baca juga: Medali emas Glorya Rinny Keleyan jadi sejarah baru taekwondo Papua
Copyright © ANTARA 2021