"Kami sudah bersiap untuk PON selama tiga sampai empat tahun. Latihan kami memang didesain seperti itu. Kami berada di bawah tekanan, dalam kondisi tertinggal," ujar Yesaya Saudale di Mimika Sport Complex, Mimika, Kamis.
Menurut atlet berusia 21 tahun tersebut, latihan itulah yang membuat DKI Jakarta tidak terlalu panik ketika tertinggal dari lawannya.
Hal tersebut dibuktikan dalam laga semifinal PON XX Papua kontra Jawa Tengah, Kamis (7/10), di mana Jakarta tertinggal tiga kuarter terlebih dahulu yaitu masing-masing dengan skor 15-20, 34-39 serta 50-55, sebelum membalikkan keadaan pada kuarter terakhir dan menang 78-70.
"Kami juga bekerja secara tim, tidak mengandalkan individu. Kami menjalankan instruksi pelatih terutama pada babak kedua dan berani mengambil alih keunggulan lawan," tutur Yesaya.
Tim bola basket putra DKI Jakarta menginjak final PON pertamanya sejak tahun 2008, atau 13 tahun lalu, setelah menundukkan Jawa Timur.
Pada PON 2008, bola basket putra DKI Jakarta mendapatkan medali emas. Mereka pun bisa mengulang prestasi serupa di PON Papua jika mampu menundukkan Sulawesi Utara di final, Sabtu (9/10).
Manajer tim bola basket putra DKI Jakarta Yan Emmanuel Gomies pun menegaskan bahwa timnya siap menghadapi partai final tersebut.
Saat ini, Jakarta fokus untuk pemulihan sambil memulihkan diri agar bugar sepenuhnya saat menjalani partai puncak PON Papua.
"Kami ingin memberikan medali emas untuk Jakarta," tutur Yan Gomies.
Baca juga: Basket putra DKI injak final pertama setelah 13 tahun pada PON Papua
Baca juga: Pelatih: kesalahan kecil buat basket putri Jakarta kalah di semifinal
Baca juga: Semifinal bola basket PON Papua dan potensi kejutan kuda hitam
Pewarta: Michael Siahaan
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2021