Pada pertandingan yang digelar di Arena Menembak Indoor, Kampung Harapan, Jayapura, Kamis, Hanik menang dengan mengumpulkan total skor 619,3.
Aris yang mewakili DKI Jakarta meraih perak dengan mengumpulkan skor 615,0, sedangkan perunggu diraih Dwi Retno Sulanjari yang juga dari DKI Jakarta dengan skor 613,2.
Baca juga: Jadwal menembak: Hanik Puji Astuti berkompetisi dengan sang guru
Aris merupakan salah seorang pelatih yang mendampingi Hanik pada pelatnas National Paralympic Committee (NPC) Indonesia.
Bahkan, pada pelatnas menuju Paralimpiade Tokyo 2020 di Jepang, Aris intensif mendampingi Hanik.
"Rasanya melebihi pertandingan-pertandingan yang lainnya. Rasanya lebih menantang, nyalinya lebih diuji lagi karena lawan guru sendiri," kata Hanik.
Apalagi, kata atlet kelahiran Gunungkidul, 22 Desember 1995 itu, guru pasti mengetahui segala kelebihan dan kelemahan murid-muridnya.
Hanik merasakan pertandingan tersebut jauh lebih besar dan bernilai daripada laga-laga lainnya meskipun event berskala internasional.
Baca juga: Jadwal menembak: Perebutan lagi tiga medali 10 m air rifle standing
"Karena guru kan tahu semua atlet-atletnya. Apalagi, saya yang dipegang dan saya harus melawan guru sendiri. Termasuk sesuatu yang besar buat saya ketimbang saya bertanding di luar negeri atau event lebih tinggi seperti biasanya," ujarnya.
Sebenarnya, Hanik memiliki spesialisasi di nomor standing, tetapi di Peparnas Papua turun di nomor prone karena dimasukkan sebagai atlet elite.
Atlet elite adalah mereka yang pernah berlaga di ajang internasional sehingga hanya diperbolehkan turun di satu nomor pada Peparnas Papua.
"Spesialis saya kan standing. Karena pulang dari (Paralimpiade) Tokyo kan saya standing terus berubah ke prone. Jadi, persiapan saya 10 hari sebelum keberangkatan Peparnas," pungkasnya.
Baca juga: Papua pimpin sementara perolehan medali cabang menembak di Peparnas
Baca juga: Jadwal menembak Peparnas: Perebutan medali 10m rifle standing
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2021