Jakarta (ANTARA) - Indonesia berpartisipasi dalam Olimpiade sejak Olimpiade 1952 di Helsinki, Finlandia. Namun di luar medali eksibisi, baru 32 tahun kemudian Indonesia mendapatkan medali pertamanya pada Olimpiade 1988 di Seoul, Korea Selatan.

Kala itu, Lilies Handayani, Nurfitriyana Saiman dan Kusuma Wardhani, mempersembahkan medali perak dari panahan beregu putri.

Sejak Olimpiade itu pula Indonesia selalu mendapatkan medali. Tetapi, medali emas pertama baru bisa direngkuh empat tahun kemudian dari Olimpiade 1992 di Barcelona.

Tak tanggung-tanggung. dua medali emas direbut Indonesia dari cabang olah raga yang sama, bulu tangkis, ketika Susi Susanti dan Alan Budikusuma yang beberapa tahun kemudian menikah, mempersembahkan medali emas dari nomor tunggal putri dan putra.

Sejak itu Indonesia hampir selalu mendapatkan medali emas.

Total medali emas Olimpiade yang diperoleh Indonesia sejak Barcelona 1992 sampai Tokyo 2020 adalah delapan emas. Semua emas ini disumbangkan oleh bulu tangkis.

Setelah Susi dan Alan mempersembahkan emas perdana Indonesia, empat tahun kemudian di Atlanta, Amerika Serikat, giliran ganda putra Rexy Mainaky/Ricky Subagja yang mempersembahkan emas Olimpiade.

Setelah itu pada 2000 di Sydney, Australia, kembali ganda putra mempersembahkan medali emas, yang kali itu disumbangkan oleh Tony Gunawan dan Chandra Wijaya.

Empat tahun kemudian di Athena, Yunani, Taufik Hidayat mengulang sukses Alan Budikusama mempersembahkan medali emas dari tunggal putra.

Ganda putra kembali mempersembahkan medali emas pada Olimpiade Beijing 2008, dari jerih payah Hendra Setiawan/Markis Kido.

Namun empat tahun kemudian dalam Olimpiade London 2012, bulu tangkis Indonesia untuk pertama kalinya dalam kurun 20 tahun, gagal mempersembahkan satu pun medali.

Untuk pertama kalinya pula sejak 1992, Indonesia pulang dari ajang Olimpiade tanpa dikalungi medali emas.

Baca juga: Menpora targetkan Indonesia pertahankan tradisi emas di Olimpiade

Selanjutnya: Modal medali emas

Modal medali emas, konsistensi

Empat tahun kemudian, ganda campuran Liliyana Natsir dan Tontowi Ahmad memulihkan tradisi emas Olimpiade pada Olimpiade Rio de Janeiro 2016.

Mereka juga memupus impian Malaysia dalam merebut medali emas pertamanya dari Olimpiade, dengan menghentikan Chan Peng Soon/Goh Liu Ying dalam final ganda putri Olimpiade 2016.

Lima tahun setelah itu, dalam Olimpiade Tokyo 2020, giliran ganda putri menorehkan sejarah ketika Greysia Polii/Apriyani Rahayu mempersembahkan medali emas.

Semua peraih medali emas Olimpiade itu mencapai prestasi puncak setelah tampil konsisten dalam berbagai kejuaraan sebelum mereka mengikuti Olimpiade.

Susi Susanti misalnya. Setahun sebelum Olimpiade 1992, telah mendapatkan segalanya, mulai dari menjuarai 9 dari 10 turnamen dalam seri grand prix dunia, sampai emas SEA Games 1991.

Pun dengan Alan Budikusuma yang menjuarai dua dari tiga grand prix dunia.

Hal sama terjadi pada Rexy Mainaky/Ricky Subagja, Tony Gunawan/Chandra Wijaya, Taufik Hidayat, Hendra Setiawan/Markis Kido, Liliyana Natsir/Tontowi Ahmad, dan ganda putri Greysia Polii/Apriyani Rahayu.

Setahun sebelum memulihkan tradisi emas Indonesia dalam Olimpiade tiga tahun lalu di Tokyo, Greysia/Apriyani menjuarai empat dari lima turnamen tur dunia BWF dalam kurun 2019-2020.
 
Pebulu tangkis ganda Putri Indonesia Greysia Polii (kiri) dan Apriyani Rahayu berpose bersama medali emas yang mereka raih untuk nomor bulu tangkis ganda putri Olimpiade Tokyo 2020 di Musashino Forest Sport Plaza, Tokyo, Jepang, Senin (2/8/2021). (Dok ANTARA)

Persoalan konsistensi ini menjadi hal yang harus diperhatikan semua pihak, terutama atlet, menjelang Olimpiade Paris 2024. Apalagi dalam sejumlah kejuaraan, termasuk French Open 2024 yang diadakan di venue Olimpiade 2024, Indonesia gagal mencapai babak puncak.

Mungkin ini karena persaingan dalam bulu tangkis menjadi semakin ketat sehingga tampil lama di puncak prestasi menjadi barang langka, bahkan untuk atlet dari luar Indonesia sekalipun.

Baca juga: KOI: Peningkatan prestasi di 2023 bekal Indonesia menuju Paris
Baca juga: Menpora yakin kontingen Indonesia ukir sejarah di Olimpiade Paris

Selanjutnya: Olimpiade keempat

Olimpiade keempat

Namun di antara yang diharapkan mempertahankan tradisi emas bulu tangkis dan Indonesia dalam Olimpiade, yang bisa dibilang tampil konsisten, adalah ganda putra Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto.

Dalam dua tahun terakhir, ganda putra ini sudah menjuarai enam kejuaraan BWF World Tour, termasuk All England 2023, yang berusaha dia pertahankan pada edisi 2024 yang saat ini tengah berlangsung.

Selain mereka, masih ada beberapa atlet yang tampil relatif konsisten, yang bisa memelihara asa Indonesia mencapai puncak kompetisi pada Juli mendatang di Paris.

Di antara nama yang bisa disebut adalah Jonatan Christie, tunggal putri Gregoria Mariska Tunjung, Anthony Sinisuka Ginting yang peraih perunggu Olimpiade Tokyo 2020, ganda putri Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhianti, dan Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana.
 
Pebulu tangkis tunggal putra Indonesia Anthony Sinisuka Ginting mengembalikan kok ke arah tunggal putra Kanada Brian Yang pada pertandingan babak semifinal turnamen Daihatsu Indonesia Masters 2024 di Istora Senayan, Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Sabtu (27/1/2024). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/foc/aa.

Olimpiade Paris juga menjadi kesempatan bagi tiga atlet bulu tangkis Indonesia untuk menyamai prestasi Susi Susanti sebagai atlet bulutangkis yang dua kali mempersembahkan medali dari dua Olimpiade berbeda.

Ketiga atlet itu adalah Apriyani Rahayu, Anthony Ginting, dan Hendra Setiawan, jika yang terakhir ini lolos Olimpiade 2024.

Bersama Mohamad Ahsan, Hendra juga bisa menjadi atlet bulu tangkis Indonesia berikutnya setelah Taufik Hidayat yang berkompetisi dalam empat Olimpiade berbeda.

Setelah merebut emas bersama Markis Kido pada 2008, Hendra absen pada Olimpiade 2012. Dia turun kembali dalam Olimpiade 2016 dan 2020 bersama Mohamad Ahsan.

Ahsan sendiri sudah mengikuti Olimpiade sejak 2012 ketika dipasangkan dengan Bona Septano.

Tapi Ahsan dan Hendra, tak akan bisa menyamai catatan yang dibuat lifter kawakan, Eko Yuli Irawan, yang jika lolos ke Paris 2024, Eko akan berkiprah dalam Olimpiade kelimanya.

Baca juga: PBSI prioritaskan tiga nomor untuk rebut medali Olimpiade Paris
Baca juga: Liliyana Natsir: Tidak ada kata mustahil untuk raih emas di Olimpiade

Selanjutnya: Angkat besi

Angkat besi, panjat tebing

Uniknya, dalam empat Olimpiade terdahulunya, Eko selalu mempersembahkan medali, walaupun sejauh ini gagal mempersembahkan medali emas.

Tapi dalam dua Olimpiade terakhir, Eko nyaris merobohkan dominasi emas bulu tangkis karena hampir menyumbangkan emas dari angkat besi setelah berakhir dengan medali perak pada Olimpiade Rio 2016 dan Tokyo 2020.

Kalaupun medali emas terlalu sulit digapai Eko, masih ada lifter Rahmat Erwin Abdullah yang terbilang tampil konsisten dalam berbagai kompetisi.

Dalam satu-dua tahun terakhir Erwin selalu berada di puncak kompetisi, dengan merebut medali emas Asian Games 2022 dan medali emas Grand Prix angkat besi 2023.

Pemegang rekor dunia clean and jerk kelas 73kg dengan total angkatan 201 kg yang juga peraih perunggu Olimpiade 2022 itu bisa menjadi tambatan Indonesia lainnya dalam mendapatkan medali emas.
 
Lifter putra Indonesia Rahmat Erwin Abdullah menunjukkan medali emas yang berhasil diraihnya dari kelas 81 kg putra SEA Games 2023 di Taekwondo Hall, Olympic Complex, Phnom Penh, Kamboja, Senin (15/5/2023). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/tom. (ANTARA FOTO/MUHAMMAD ADIMAJA)

Supremasi bulu tangkis juga bisa diimbangi panjat tebing atau sport climbing, yang untuk kedua kalinya diperlombakan dalam Olimpiade setelah Olimpiade Tokyo 2020.

Indonesia berpotensi menyabet emas dari cabang olahraga ini, khususnya nomor speed yang tiga tahun lalu di Tokyo tak diperlombakan sebagai nomor terpisah.

Dari nomor itu, Indonesia bisa mengandalkan atlet-atlet seperti Veddriq Leonardo, Desak Made Rita Kusuma Dewi, dan Rahmad Adi Mulyono.

Veddriq merupakan pemegang rekor dunia speed putra, Rita adalah juara Kejuaran Dunia 2023, sedangkan Rahmad menyabet medali perunggu Kejuaraan Dunia 2023.

Ketiga atlet itu juga tampil relatif konsisten belakangan tahun ini.

Semoga saja atlet-atlet itu, dan seluruh olimpian Indonesia calon peserta Paris 2024, bisa menjaga konsistensi sehingga tradisi emas Olimpiade berlanjut di Paris, bahkan dengan jumlah yang lebih banyak lagi.

Baca juga: KOI: Panjat tebing berpeluang besar sabet emas pada olimpiade
Baca juga: Menpora Dito harap angkat besi pecah telur raih emas di Olimpiade 2024

Pewarta: Jafar M Sidik
Editor: Junaydi Suswanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024