Jakarta (ANTARA) -
Penulis buku Maman Suherman mengatakan perlu ada perubahan gaya hidup literasi untuk menjadikan buku sesuatu yang menyenangkan dan menghidupi kehidupan masyarakat yang membacanya.
 
“Saya selalu menyebutnya to enlight, to enrich, to empower, bagaimana menerangi orang yang dari tidak tahu jadi membaca, jadi bisa. Bagaimana buku memperluas wawasan sehingga orang diajarkan untuk berkomunikasi atau mendapatkan buku yang tepat sesuai dengan minatnya,dengan lingkungannya, sesuai dengan kebutuhannya,” kata Maman saat menghadiri Perayaan Hari Jadi Perpustakaan Nasional ke 44 di Jakarta, Jum'at.
 
Dia mengatakan bahwa transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial menjadi cara untuk menghidupi kehidupan masyarakat melalui buku sehingga bisa menaikkan tingkat ekonominya. Misalnya bagi daerah pertanian, keberadaan buku soal pertanian akan sangat dibutuhkan masyarakat di sana sehingga ada nilai ekonomi dari buku yang didapatnya.

Baca juga: Digitalisasi berperan positif untuk akses media bacaan
 
Selain itu, perlu ada hal atraktif yang menarik minat orang untuk membaca buku seperti pameran, dialog antar pegiat buku atau musikalisasi puisi agar masyarakat yang datang ke perpustakaan tidak bosan hanya sekedar melihat buku. Seperti yang dilakukan Perpustakaan Nasional yang menggelar Festival Literasi Nusantara yang mengahdirkan banyak pameran manuskrip dan musikal instrumen.
 
“Buku juga bukan benda mati, semua orang pasti juga akan bosan kalau ke perpustakaan hanya cari buku, mereka mau hal-hal yang atraktif kayak ada pameran, dialog antara pegiat literasi, ada musikalisasi puisi, ada lomba menulis atau membaca yang atraktif, itu yang sebetulnya kita sebut transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial,” kata Maman.
 
Maman mengatakan setiap perpustakaan juga harus mempunyai pustakawan yang mengerti tentang perbukuan, bagaimana mengelola perpustakaan, mengelola penggunaan buku dan bukan hanya katalogisasi. Dia pun menyarankan perpustakaan baik daerah maupun kota membuka kesempatan membuat program magang bagi yang studi di bidang tersebut, karena banyak lulusan program studi perpustakaan yang masih belum terserap sebagai tenaga kerja.
 
“Kita punya banyak program studi perpustakaan di sejumlah universitas yang luar biasa, tapi, nggak pernah dikasih target satu perpustakaan satu pustakawan. Dengan kita punya ratusan ribu perpustakaan akan terserap semua tenaga kerja buat lulusan perpustakaan, orang akan suka dengan perpustakaan dan yang mengelola orang yang memang ngerti perpustakaan apakah itu jadi pustakawan ahli atau terampil,” kata Maman.
 
Selain itu, relawan pegiat literasi juga menjadi peran penting untuk mengubah gaya hidup literasi yakni dengan mendekatkan buku kepada masyarakat yang terhalang jauhnya akses menuju perpustakaan.

Baca juga: Perpusnas hidupkan literasi desa, sediakan buku sesuai minat warga

Baca juga: Sekolah Sidoarjo pamerkan buku kolaborasi karya orang tua dan siswa

Baca juga: Pegadaian Luncurkan Buku “Van Leening When History Begins”
 

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Natisha Andarningtyas
COPYRIGHT © ANTARA 2024