Jakarta (ANTARA) - Pakar pemasaran (marketing) Hermawan Kartajaya mengimbau perusahaan atau merek (brand) lokal untuk tidak memanfaatkan isu Palestina dalam kepentingan bisnisnya dan melakukan persaingan yang tidak sehat untuk jatuhkan pesaingnya.

“Masalah politik negara lain hendaknya jangan dibawa-bawa untuk melakukan politisasi bisnis. Artinya, menggunakan masalah politik dengan menjadikan isu Palestina ini untuk sengaja menjatuhkan produk-produk pihak lain atau pesaingnya dengan cara-cara yang tidak sehat,” kata Hermawan dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin.

Hermawan menuturkan perbuatan tersebut tidak diizinkan untuk dilakukan di Indonesia karena negara memiliki kode etik periklanan yang tidak mengizinkan sebuah perusahaan menjatuhkan perusahaan yang lain dengan cara menjelek-jelekkan pesaingnya secara langsung seperti yang dilakukan di negara-negara lain seperti Amerika Serikat.

Baca juga: Bella dan Gigi Hadid sumbang 1 juta dolar AS untuk anak Palestina

Baca juga: Save The Children dukung solusi dua negara untuk Palestina-Israel


Meski perusahaan lokal bisa saja mengambil keuntungan dengan memanfaatkan isu Palestina untuk mengeruk keuntungan, namun hal itu harus dilakukan secara sehat dan tidak dengan sengaja mempengaruhi konsumen untuk tidak membeli produk-produk pesaingnya.

Sebagai contoh, ia mengatakan jika isu boikot terhadap produk pesaing datang dari inisiatif masyarakat sendiri, maka perbuatan tersebut tidak menjadi masalah karena tidak ada tunggangan dari pihak manapun.

“Di negara kita, menjatuhkan pesaingnya dengan langsung menyebut nama brand kompetitornya itu tidak bisa karena melanggar kode etik periklanan. Tapi, kalau tidak menyebut nama secara langsung itu bisa,” ucapnya yang merupakan lulusan dari Universitas Surabaya itu.

Ia menyayangkan pemasaran yang umumnya dipraktikkan saat ini banyak yang salah. Karena, pemasaran itu dianggap promosi atau hanya sekadar jualan semata saja itu sudah beres. Maka dari itu.

Hermawan menilai harus ada pembenahan total meski tidak gampang. Apalagi kalau perusahaan yang punya kultur yang biasa melakukan persaingan yang tidak sehat, hal-hal seperti itu jelas susah dilakukan.

Dengan demikian, ia menyarankan perusahaan lokal menentukan sikap dalam menyikapi isu Palestina ini, dengan menunjukkan sesuatu yang sehat seperti menciptakan baru, layanan baru, dan promosi-promosi baru dengan cara yang sehat dan menarik.

“Boleh saja memanfaatkan momentum tapi harus yang sehat dan tidak melanggar kode etik. Artinya, tidak dengan cara mempengaruhi masyarakat dengan mengatakan jangan beli produk terafiliasi. Itu tidak boleh,” katanya.

Baca juga: PMI layani CT Scan untuk tangani pasien trauma di RS Palestina

Baca juga: Dompet Dhuafa akan kirim daging kurban dalam kaleng ke Palestina

Baca juga: China akan kucurkan Rp1,1 triliun untuk bantu Gaza

 

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Zita Meirina
COPYRIGHT © ANTARA 2024