Jakarta (ANTARA) - PT Pertamina International Shipping (PIS) menandatangani nota kesepahaman (MoU), untuk kesepakatan bisnis strategis, dengan perusahaan raksasa perkapalan asal Jepang, Nippon Yushen Kabushiki Kaisha Group (NYK).

CEO PIS Yoki Firnandi dalam keterangannya di Jakarta, Rabu, mengatakan penandatanganan MoU tersebut semakin menunjukkan komitmen PIS untuk menjadi perusahaan maritim logistik kelas dunia.

NYK merupakan perusahaan perkapalan terkemuka dunia yang berdiri pada 1885 di Jepang, sekaligus mitra strategis PIS sejak akhir 2022.

Kemitraan strategis itu dilanjutkan dengan rencana kesepakatan bisnis, yang mencakup pengangkutan karbon dioksida cair dan gas alam cair (liquified natural gas/LNG), serta pengelolaan kapal (ship management).

Menurut Yoki, kemitraan strategis merupakan komitmen nyata untuk mendukung agenda nasional sebagai pemimpin dalam penyimpanan karbon (carbon capture and storage/CCS) dan pengurangan emisi.

Penandatanganan MoU dilakukan di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, dan dihadiri Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati, CEO PIS Yoki Firnandi, dan Managing Executive Officer NYK Hironobu Watanabe.

"Saya turut bangga bisa menyaksikan momen penandatanganan sebagai tindak lanjut kerja sama mitra strategis yang telah berlangsung antara PIS dan NYK sejak Desember 2022 lalu. Ini merupakan awal perjalanan dan paling penting adalah bagaimana kita bisa mempercepat implementasi bisnisnya agar bisa menjadi saluran pendapatan baru untuk PIS," ujar Nicke.

Yoki menambahkan pentingnya kolaborasi serta kesiapan PIS untuk memainkan peran penting dalam transportasi CCS bersama NYK.

"MoU dengan NYK ini mendorong inisiatif unlock value PIS untuk grow beyond Indonesia melalui kemitraan jangka panjang serta hubungan yang erat dengan pemegang saham kami. MoU ini juga jadi simbol kesiapan PIS untuk menjadi pemimpin agregator transportasi dan logistik CCS di kawasan. Kami berharap kemitraan ini dapat mendorong transfer teknologi dan expertise NYK dalam pengurangan emisi karbon," ujarnya.

PIS akan fokus pada mata rantai transportasi dalam proses CCS, yang memerlukan kapal dan fasilitas penyimpanan karbon khusus.

Selain mendukung pemerintah, menurut Yoki, kerja sama tersebut juga sejalan dengan komitmen Pertamina Group untuk mencapai net zero emission RI pada 2060 melalui teknologi CCS dan berbagai inisiatif pengurangan emisi lainnya di seluruh perusahaan dan anak usaha.
 
Penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara PT Pertamina International Shipping (PIS) dan perusahaan raksasa perkapalan asal Jepang, Nippon Yushen Kabushiki Kaisha Group (NYK) di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta. ANTARA/HO-Humas PIS

Sementara, Hironobu Watanabe menjelaskan kerja sama dengan PIS sangat penting bagi NYK mengingat PIS merupakan salah satu pemain penting di industri perkapalan Indonesia.

"Kami sudah sering berdiskusi soal rencana kerja sama dan ini saatnya mengubah kesepakatan di atas kertas menjadi bisnis sesungguhnya," katanya.

Melalui kesepakatan tersebut, NYK dan PIS akan berkolaborasi dan mengkaji peluang bisnis serta studi kelayakan untuk sarana angkutan hingga penyimpanan CO2 cair dari dan menuju Indonesia.

Dalam hal bisnis LNG, kedua pihak sepakat untuk berkolaborasi dalam kepemilikan LNG carrier.

Sedangkan, untuk bisnis ship management, NYK dan PIS akan membentuk joint venture, yang mana NYK akan menyediakan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas pelaut dalam berkompetisi secara global.

"Kolaborasi antara NYK dan PIS menetapkan standar baru dalam industri maritim dalam upaya global untuk mengurangi emisi karbon dan mendorong pembangunan berkelanjutan. Seiring dunia bergerak menuju masa depan yang lebih hijau, kemitraan PIS dan NYK menjadi contoh peran penting inovasi dan kerja sama dalam mencapai tujuan lingkungan yang berkelanjutan," sebut Yoki.

Baca juga: PIS bertekad bawa Indonesia jadi pemain utama industri maritim global
Baca juga: Kemenhub dukung ekspansi bisnis PIS di pasar internasional
Baca juga: Dirut Pertamina apresiasi transformasi bisnis PIS berjalan sukses

Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Faisal Yunianto
COPYRIGHT © ANTARA 2024