Jakarta (ANTARA) - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan pentingnya membangun industrialisasi sebagai pijakan utama untuk mencapai kemandirian ekonomi bangsa.

"Jadi saya bilang, jangan jadi market, tetapi bangsa kita harus juga mulai menjadi bangsa yang mandiri, mulai membangun yang namanya industrialisasi," kata Erick saat menghadiri rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI, di Jakarta, Rabu (10/7) malam.

Erick menyampaikan bahwa dengan industrialisasi baik sumber daya energi maupun pangan secara nasional merupakan pondasi penting untuk bisa menjadi bangsa yang mandiri dan tidak bergantung pada importasi.

"Kita ini subur, masa gulanya impor terus. Sedangkan gula itu sekarang sudah bisa menjadi alternatif, tidak hanya untuk konsumsi, tapi juga untuk kendaraan," tutur Erick.

Erick menyoroti perlunya untuk tidak hanya menjadi pasar, tetapi juga produsen utama dalam berbagai sektor vital.

"Kembali bahwa saya sampaikan GDP kita itu kan nanti (pada) 2029, 10 ribuan (dolar AS per kapita). Dimana berarti kan ekonomi kita 3,3 triliun dolar AS. Artinya terbesar di Asia Tenggara saat ini, nanti lebih besar lagi," kata Erick.

Indonesia, kata Erick, ditargetkan bisa menjadi negara posisi terbesar kelima di dunia pada Indonesia Emas 2045.

"Nah, kebayang tidak nanti kalau di 2045 ketika kita sudah menjadi negara ekonomi terbesar kelima dunia, Itu kan kita lebih besar lagi. Nah artinya apa? Ya kita jangan hanya dijadikan market, tetapi kita mulai harus membangun bagaimana kita mandiri, seperti energi," kata Erick.

Oleh karena itu, Erick menekankan pentingnya transformasi ekonomi Indonesia dari sekadar pasar menjadi produsen mandiri melalui pembangunan sektor industrialisasi.

Meski begitu, dia mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat ini telah mendorong hilirisasi sumber daya alam guna meningkatkan nilai tambah.

"Saya yakin Presiden terpilih Pak Prabowo akan meneruskan. Tetapi Pak Prabowo sendiri sekarang sudah mulai mendorong lagi yang namanya industrialisasi pangan, supaya kita jangan impor pangan terus," katanya.

Ia menambahkan bahwa ekonomi digital dan pariwisata juga menjadi fokus penting dalam upaya untuk mencapai pertumbuhan ekonomi lebih dari 5 persen di masa depan.

Baca juga: Erick: Pengawasan pengguna BBM subsidi lebih mudah di era digitalisasi
Baca juga: Erick: Penggunaan bioetanol wujudkan swasembada energi ke depan
Baca juga: Menteri BUMN raker Komisi VI DPR minta PMN Rp44,24 triliun di 2025

 

Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Ahmad Buchori
COPYRIGHT © ANTARA 2024