Jakarta (ANTARA) - Peneliti Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional Nasional (BRIN) Agri Faturrahman mengatakan fenomena perubahan iklim berdampak terhadap variabilitas ionosfer yang bisa mengganggu gelombang radio.
 
"Kajian-kajian terbaru menunjukkan sistem ionosfer dan atmosfer bawah saling terhubung. Perubahan lapisan atmosfer bawah bisa mengganggu lapisan atmosfer atas, yaitu ionosfer," ujarnya dalam sebuah diskusi melalui saluran Youtube BRIN yang dipantau di Jakarta, Senin.
 
Agri menjelaskan lapisan ionosfer adalah bagian dari lapisan atmosfer bumi yang bisa memantulkan gelombang elektromagnetik atau radio. Keberadaan ionosfer membuat jangkauan komunikasi radio bisa mencapai jarak yang lebih jauh.
 
Menurutnya, salah satu fenomena pada lapisan ionosfer yang terkait dengan variabilitas adalah plasma bubble.

Baca juga: BRIN: Cuaca ekstrem indikasi nyata perubahan iklim
 
Plasma bubble itu, kata dia, semacam gelembung penipisan yang terjadi di lapisan ionosfer. Fenomena itu bisa menyebabkan sintilasi atau fluktuasi gelombang radio.
 
Sistem pemosisi global atau familiar dikenal GPS memakai gelombang radio. Ketika gelombang radio itu melewati daerah yang ada gelembung plasma, maka mengalami sintilasi dengan cepat, sehingga informasi gelombang radio itu mengalami kekacauan.
 
"GPS bisa menjadi tidak presisi. Itulah salah satu hal yang bisa masyarakat rasakan, apalagi kita sangat ketergantungan dengan sistem tersebut," kata Agri.
 
Lebih lanjut dia pun mengajak seluruh masyarakat dan pemangku kepentingan untuk bersama-sama mengatasi perubahan iklim karena dampak yang ditimbulkan tak hanya gangguan cuaca dan kesehatan, tetapi juga gangguan komunikasi.

Baca juga: Space20 manfaatkan teknologi antariksa atasi dampak perubahan iklim

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Risbiani Fardaniah
COPYRIGHT © ANTARA 2023