Jakarta (ANTARA) - Peneliti Pusat Riset Agama dan Kepercayaan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Sabara Nuruddin mengungkapkan alasan dari puasa yang diamalkan oleh penganut Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Mahakuasa di berbagai tempat di Indonesia.

"Puasa itu bersifat sakral. Puasa tidak hanya dimiliki oleh agama besar, tapi juga dimiliki oleh seluruh kepercayaan lokal di dunia ini yang punya orientasi pada sesuatu yang bersifat di metafisika," katanya dalam diskusi tentang puasa bagi penganut kepercayaan yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.

Sabara mengatakan puasa merupakan upaya untuk membebaskan jiwa dari ikatan materi dan mengarahkannya kepada dunia yang lebih spiritual, di mana pada umumnya para penganut Kepercayaan menyatakan bahwa tubuh dan jiwa memiliki dualitas, di mana jiwa dianggap lebih sejati dan harus dibebaskan dari kungkungan materi.

Konsep puasa, jelas dia, tidak hanya tentang menahan diri dari makanan dan minuman, namun juga tentang pengendalian diri dari segala keinginan materi, termasuk tidur dan bicara. Tujuannya adalah agar jiwa dapat mengendalikan tubuh dan orientasinya, sehingga tidak terperangkap oleh hal-hal yang bersifat material.

"Sejatinya adalah bagaimana jiwa ini benar-benar bisa mengendalikan tubuh, bisa mengendalikan orientasi tubuh, sehingga tidak terkungkung, tidak terpenjara oleh orientasi-orientasi yang bersifat material," ujarnya.

Sabara juga menggarisbawahi puasa bukan hanya sekadar tradisi fisik, tetapi juga melibatkan olah pikir dan olah rasa untuk menyehatkan rohani. Para penganut kepercayaan menekankan pentingnya pengendalian pikiran dan penajaman batin untuk terhubung dengan dunia metafisika dan menerima pesan-pesan agung.

Lebih lanjut, ia menyebut puasa dipandang sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta atau Tuhan, untuk mencapai takwa, yang dapat menciptakan manusia yang lebih berorientasi pada aspek rohani daripada jasmani, tanpa mematikan kebutuhan jasmani secara total.

"Bagaimana seorang hamba itu dekat dengan Tuhan, itu konsep puasa. Mengantarkan manusia pada manusia paripurna yang lebih berorientasi rohani dibandingkan jasmani," jelasnya.

Tidak hanya tentang mendekatkan diri kepada Tuhan, Sabara juga menyebut puasa dalam aliran kepercayaan juga tentang membaktikan diri kepada sesama manusia, yang tercermin dalam pelayanan kepada sesama dan pengaktualisasian nilai-nilai spiritual dalam kehidupan sehari-hari, yang dianggap sebagai tangga spiritual "menahan untuk menuhan".

"Bagaimana menuhan itu diaktualisasikan dalam bakti, khidmat kepada kemanusiaan, menahun bersama Tuhan, untuk merealisasikan bakti, khidmat kepada sesama makhluk Tuhan," tutur Sabara.

Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: M. Tohamaksun
COPYRIGHT © ANTARA 2024