Rangkasbitung (ANTARA) -
Pemerintah Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, optimistis terbebas dari kasus stunting 2024 atau kekerdilan yang dialami anak usia di bawah lima tahun akibat gagal tubuh.
 
"Kita meyakini stunting di daerah ini bisa nol persen tahun ini setelah adanya petunjuk teknis seluruh desa diberikan kewenangan untuk penggunaan anggaran dana desa dalam percepatan penurunan kasus stunting," kata Kepala Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana pada Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Lebak Tuti Nurasiah di Rangkasbitung Lebak, Jumat.
 
Pemerintah Kabupaten Lebak kini sudah memiliki petunjuk teknis di mana seluruh kepala desa bisa menggunakan dana desa dalam percepatan penurunan kasus stunting.
 
Aparatur desa dapat menggunakan dana desa dengan memberikan pelatihan terhadap tim Percepatan Penanganan Stunting (TPPS) desa setempat.

Baca juga: Relawan tangani stunting di kawasan permukiman Badui Lebak Banten

Baca juga: BKKBN : Penyebab stunting akibat gagal pola asuh salah
 
Pelatihan itu, kata dia, nantinya mampu menangani kasus stunting maupun keluarga risiko stunting (KRS) dengan memberikan edukasi pencegahan
 
Selain itu juga memberikan bantuan aneka makanan beragam untuk pemulihan gizi anak dan ibu hamil yang mengalami Kekurangan Energi Kronik (KEK) agar tidak melahirkan anak stunting.
 
Begitu pula kader-kader desa setempat dilibatkan untuk mendapatkan pelatihan dapur sehat agar mereka mampu memproduksi panganan Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA).
 
"Kami memastikan Lebak tidak akan ada lagi kasus baru stunting jika anggaran dana desa dimanfaatkan untuk percepatan penurunan kasus tengkes," kata Tuti.
 
Menurut dia, berdasarkan data, jumlah kasus  stunting di Kabupaten Lebak sampai Desember 2023 sesuai data nama dan alamat (by name and by address) tercatat 3,65 persen atau 3.788 balita.
 
Kemungkinan besar tahun 2024 ini dipastikan Kabupaten Lebak terbebas dari stunting karena digulirkan berbagai program yang melibatkan berbagai komponen di antaranya Forum Komunikasi Organisasi Pimpinan Daerah (Forkopinda), TNI, Polri, Kejaksaan, pengadilan, BUMN, perusahaan swasta, lembaga pendidikan, relawan dan masyarakat.
 
"Semua komponen itu saling bahu membahu untuk membebaskan bayi dari stunting dalam menyiapkan generasi emas tahun 2045, sehingga anak balita yang lahir sekarang harus terbebas dari stunting," kata Tuti menambahkan.
 
Sementara itu, Ros (35) warga Rangkasbitung Kabupaten Lebak mengatakan perkembangan anaknya berusia 2 tahun yang positif teridentifikasi stunting kini sudah membaik dengan bertambahnya berat badan, bahkan anaknya kini banyak bermain dan ceria serta bernafsu makan.
 
Sebelumnya, anak yang ketiga itu berat badan hingga pengukuran tubuh dan lengan masuk kategori stunting.
 
"Kami terbantu adanya bantuan aneka makanan bergizi juga pemeriksaan kesehatan dari puskesmas juga penimbangan di posyandu secara rutin sehingga perkembangan kesehatan anaknya itu cukup baik," katanya menjelaskan.*

Baca juga: Kepala BKKBN apresiasi komitmen TNI tangani stunting

Baca juga: Kasad optimistis prevalensi stunting turun 14 persen tahun 2024

Pewarta: Mansyur suryana
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
COPYRIGHT © ANTARA 2024