Banda Aceh (ANTARA) - Akademisi sekaligus Antropolog Aceh dari Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh, Reza Idria menyatakan bahwa animo masyarakat Aceh untuk memilih pemimpin (Gubernur Aceh) mulai menghilang.

"Animo masyarakat terhadap kepemimpinan Aceh menghilang karena ada peristiwa tragis," kata Reza Idria, di Banda Aceh, Jumat.

Dirinya menjelaskan, kejadian hilangnya animo masyarakat terhadap kepemimpinan di Aceh itu salah satunya karena ada peristiwa tragis pada 2017 lalu yakni penangkapan terhadap Gubernur Irwandi Yusuf terkait kasus korupsi.

Efeknya, setelah penangkapan Gubernur Irwandi, maka muncul kondisi di mana terdapat jarak antara pemimpin dengan masyarakat di Aceh (Pj Gubernur Aceh).

"Ada hubungan yang sulit dijelaskan setelah kejadian tersebut. Ada kondisi ketidakpercayaan diri terkait persoalan legitimasi," ujarnya.

Ia menuturkan, sejak 2006 masyarakat Aceh memilih secara demokratis. Tetapi, karena suatu kondisi negara akhirnya menetapkan Gubernur Aceh yang bukan menjadi pilihan utama dari masyarakat sendiri.

Tak hanya itu, lanjut Reza, penundaan Pilkada Aceh yang seharusnya sesuai dengan qanun Aceh (peraturan daerah) itu diselenggarakan pada 2022 lalu juga menjadi salah satu penyebab berkurangnya semangat masyarakat terhadap pilkada.

"Kesempatan pilkada yang awalnya tahun 2022 mengakibatkan masyarakat pesimis terhadap kegiatan pilkada di Aceh," katanya.

Dalam kesempatan ini, Reza juga menuturkan bahwa Aceh sudah kehilangan banyak tokoh dari lingkaran elite politik Aceh. Sehingga, animo masyarakat terhadap kepemimpinan berkurang.

"Aceh kehilangan banyak momentum, tokoh sejarah banyak yang hilang dari circle politik elite di Aceh. Ini juga salah satunya penyebab semakin apatisnya masyarakat," demikian Reza Idria.

Baca juga: Pengamat politik sebut Wamen Kominfo Nezar Patria layak pimpin Aceh

Baca juga: ICMI sarankan 10 kriteria calon Gubernur Aceh dari sisi islam dan adat

Pewarta: Rahmat Fajri
Editor: Budi Suyanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024